Ekonomi Solo Tumbuh Lebih Baik Dibanding Nasional
Evaluasi 2016 dan Prediksi 2017 Bidang Ekonomi
Bandoe Widiarto |
L1, SOLO – Pertumbuhan ekonomi Kota Solo di
2017 diperkirakan bakal lebih menggembirakan. Angkanya lebih dari 5,4
persen di atas angka nasional yang diprediksi hanya 5,2 persen.
Sedangkan untuk inflasi Kota Solo di 2017 diperkirakan 4 persen plus
minus satu (1), lebih tinggi dari angka inflasi 2016 yang diprediksi tak
jauh dari 2,5 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia
(BI) Solo, Bandoe Widiarto mengatakan, bahwa pertumbuhan ekonomi 2017
di Kota Solo masih lebih banyak dipengaruhi sektor pemerintah, selain
sektor swasta seperti investasi dan bergeraknya sektor riil.
“Faktor pertumbuhan ekonomi Kota Solo
antara 2016 dan 2017 relatif sama. Tahun 2016 baru tahap konsolisasi
sementara di 2017 lebih banyak implementasi,” terang Bandoe.
Menurut Bandoe kinerja perbankan 2016,
untuk sektor perbankan kondisi di Solo jauh lebih baik ketimbang
nasional. Tercatat hingga akhir Oktober, pembiayaan tumbuh 9,36 persen
dengan NPL 1,72 persen, dan dana pihak ketiga (DPK) 11,32 persen.
Pertumbuhan pembiayaan di Solo lebih banyak didukung tiga sekor, yakni
perdagangan, pengolahan, dan pertanian.
“Perbankan lebih memilih menjaga NPL ketimbang ekspansi kredit. Karena kondisi perekonomian nasional sedang lesu,” imbuh Bandoe
Demikian juga dengan korporat atau
perusahaan, juga memilih konsolidasi ketimbang mengajukan kredit.
Sementara, stabilitas harga komoditas kebutuhan pokok relatif terjamin
dengan terjagannya inflasi di angka 2,56 persen year on year.
Namun dua bulan belakangan ini, Natal
dan Tahun baru perlu diwaspadai karena konsumsi masyarakat meningkat dan
berpengaruh terhadap inflasi. Dan yang perlu diwaspadai adanya musim
hujan, yang berakibat mengurangi ketersediaan komoditas pertanian karena
gagal panen.
“Kerusakan komoditas akibat banjir,
memicu kenaikan harga. Demikian juga jalur distribusi pangan, terutama
di daerah banjir dan rawan bencana, juga perlu diperhatikan,” jelasnya.
Untuk ekspor berbagai komoditas di Kota
Solo mengalami fluktuatif dalam sebelas bulan, sejak Januari hingga
November tahun ini. Data di Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) setempat, di Bulan Januari nilai ekspor 3.011.636,8 Dolar
AS dan 1.337.475,8 Dolar AS di Bulan Juli.
Untuk volume, Bulan Agustus sebesar
6.691.233,18 kg dan Juli hanya 263.645,54 kg. Sedang untuk jumlah
komoditas yang diekspor, paling Bulan Januari, Maret dan Mei, yang
masing delapan komoditas dan Bulan Agustus hanya empat komoditas.
Sementara dari komoditas yang diekspor,
batik, mebel, serta tekstil dan produk tekstil (TPT) tetap menjadi
unggulan dan tiap bulan selalu di ekspor. Lagi pula, nilai dan volumenya
juga cukup tinggi. Meski menjadi unggulan, namun ekspor ketiga
komoditas tetap saja mengalami fluktuasi.
Kendati Desember belum tercatat, namun berdasar siklus tahunan nilai maupun ekspornya diperkirakan menurun.
“Importer yang tutup dan menghentikan
sementara usahanya untuk merayakan natal dan tahun baru, seperti Amerika
Serikat dan negera-negara Eropa yang selama ini menjadi tujuan utama
ekspor,” kata Endang Maharani, Kasi Perdagangan Luar Negeri Disperindag
Solo dikesempatan yang berbeda.
Sedangkan untuk prospek ekspor di tahun
mendatang belum bisa diprediksi, karena pasar ekspor dipengaruhi oleh
ekonomi gobal di suatu kawasan maupun negara tujuan ekspor.
“Jika suatu kawasan mengalami krisis ekonomi seperti yang terjadi di Eropa maka akan menghambat ekspor,” tambah Endan. (ian)
Tidak ada komentar