Hotel Budget Picu 'Perang' Tarif
Benk Mintosih, Wakil Ketua PHRI Jawa Tengah |
SEPUTARJATENG, SEMARANG - Pelaku bisnis perhotelan yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah berharap pembangunan hotel "budget" di Kota Semarang untuk dihentikan.
Wakil Ketua PHRI Jawa Tengah, Benk Mintosih mengatakan, kalau keberadaan hotel yang membidik di segmen ini di Kota Semarang semakin banyak. Sementara 'kue' yang diperebutkan semakin kecil.
"Pembangunan hotel bertarif ekonomis ini harus dihentikan, karena berpotensi yang mengakibatkan persaingan tidak sehat," kata Benk Mintosih di Semarang, Rabu (1/2/2017).
Saat ini jumlah hotel "budget" dan hotel nonbintang di Kota Semarang mencapai 65, imbuh Benk, jika angka ini terus meningkat maka pasar hotel berbintang akan terganggu.
Semakin banyaknya hotel yang menawarkan 'rate room' di kisaran Rp300 ribu, sangat mengganggu dan memicu hotel berbintang harus menurunkan harga kamarnya untuk menarik tamu.
Namun Benk mempersilakan bagi investor ataupun stakeholder untuk membangunan hotel berbintang dengan segmentasi khusus.
Seperti Hotel Tentrem yang saat ini sedang dibangun, nantinya segmentasi hotel ini khusus yaitu kalangan menengah ke atas. Sehingga persaingan lebih sehat, dan menekan terjadinya perang tarif.
"Jumlah hotel berbintang di Kota Semarang saat sebanyak 52. Angka ini masih memungkinkan untuk ditambah selama hotel tersebut memiliki pangsa pasar khusus," tegas Benk.
Sementara, rata-rata okupansi hotel di Jawa Tengah saat ini masih dibawah angka 60 persen. Dengan segmentasi terbesar adalah dari instansi pemerintahan mencapai 48 persen. (ian)
Wakil Ketua PHRI Jawa Tengah, Benk Mintosih mengatakan, kalau keberadaan hotel yang membidik di segmen ini di Kota Semarang semakin banyak. Sementara 'kue' yang diperebutkan semakin kecil.
"Pembangunan hotel bertarif ekonomis ini harus dihentikan, karena berpotensi yang mengakibatkan persaingan tidak sehat," kata Benk Mintosih di Semarang, Rabu (1/2/2017).
Saat ini jumlah hotel "budget" dan hotel nonbintang di Kota Semarang mencapai 65, imbuh Benk, jika angka ini terus meningkat maka pasar hotel berbintang akan terganggu.
Semakin banyaknya hotel yang menawarkan 'rate room' di kisaran Rp300 ribu, sangat mengganggu dan memicu hotel berbintang harus menurunkan harga kamarnya untuk menarik tamu.
Namun Benk mempersilakan bagi investor ataupun stakeholder untuk membangunan hotel berbintang dengan segmentasi khusus.
Seperti Hotel Tentrem yang saat ini sedang dibangun, nantinya segmentasi hotel ini khusus yaitu kalangan menengah ke atas. Sehingga persaingan lebih sehat, dan menekan terjadinya perang tarif.
"Jumlah hotel berbintang di Kota Semarang saat sebanyak 52. Angka ini masih memungkinkan untuk ditambah selama hotel tersebut memiliki pangsa pasar khusus," tegas Benk.
Sementara, rata-rata okupansi hotel di Jawa Tengah saat ini masih dibawah angka 60 persen. Dengan segmentasi terbesar adalah dari instansi pemerintahan mencapai 48 persen. (ian)
Tidak ada komentar